
Jakarta, Indonesia – Kementerian Luar Negeri dan Universitas Padjadjaran telah menyelenggarakan Forum Penyusunan Strategi Kebijakan “Visions of Youth: Merajut Jejak Diplomasi Indonesia-Afrika” di Rektorat Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 14/08. Forum yang merupakan kolaborasi Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan Direktorat Afrika, Kementerian Luar Negeri, dan Universitas Padjadjaran ini bertujuan untuk menggali pandangan, aspirasi dan visi untuk mengoptimalkan potensi generasi muda Indonesia-Afrika dalam meningkatkan hubungan kedua kawasan di masa depan.
Forum menghadirkan narasumber Zineera Farid Aboud dan Aulia Bintang Syahzichry sebagai panelis mewakili suara generasi muda Indonesia dan Afrika, Dr. Irman G. Lanti, Ketua Pusat Riset Perdamaian dan Kerja Sama Selatan-Selatan Universitas Padjajaran; Duta Besar Al Busyra Basnur, Dubes LBBP RI untuk Ethiopia (2019-2025); Duta Besar M. Hery Saripudin, Dubes LBBP RI untuk Kenya (2020-2025) dan Pengajar Departemen HI Unpad serta Elisabeth A. S. Dewi, S.IP., M.A., Ph.D., Sekretaris Senat dan Pengajar Departemen HI Universitas Parahyangan.
Dalam presentasinya, Zineera Farid Aboud dan Aulia Bintang Syahzichry menegaskan bahwa generasi muda merupakan kunci dalam pengembangan kerjasama lebih lanjut antara Indonesia dan Afrika terutama dalam peran sebagai jembatan saling pemahaman dan kolaborasi diantara kedua pihak. Keduanya menekankan pentingnya pengakuan bagi para pemuda sebagai public diplomacy tools yang efektif dan berdampak besar.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Dubes M. Hery Saripudin bahwa generasi muda bisa menjadi agen yang efektif menghapus stigma negatif yang masih banyak ditemukan di masyarakat tentang Afrika. Indonesia khususnya generasi muda perlu merubah cara pandang terhadap Afrika sehingga kerja sama dapat lebih berkembang. Dubes Al Busyra Basnur menyoroti tentang peran dari pengembangan ekonomi digital dan ekonomi kreatif sebagai sektor yang banyak menjadi perhatian pemuda, dan berpotensi tinggi dalam peningkatan kerjasama Indonesia dan Afrika di masa mendatang.
Selain itu, Forum juga mencatat bahwa kerjasama pendidikan terutama dalam bentuk saling pemberian beasiswa menjadi bentuk kerjasama yang bisa menjadi “game changer” dalam hubungan Indonesia dan Afrika. Beasiswa yang selama ini sudah berjalan dapat lebih ditingkatkan manfaat dan dampak di masa mendatang dengan memanfaatkan kerjasama pentahelix pemangku kepentingan kita yaitu: pemerintah, peguruan tinggi, swasta (melalui CSR), komunitas dan media.
Diplomasi pemuda Indonesia dan Afrika perlu dilakukan dalam bentuk multi-track yang melibatkan setidaknya 5 pemangku kepentingan (pentahelix) serta secara berkelanjutan mengadakan kegiatan peringatan penting bagi kedua pihak (seperti peringatan KAA, Africa Day atau bentuk pameran lain sesuai dengan kemampuan, dan program pertukaran pelajar serta kebudayaan).(*)
*Sumber : kemlu.go.id


