
KOTA JANTHO (BAITURRAHMANFM) – Asisten I Sekda Aceh Besar, Farhan AP, yang akrab disapa Yahcek Farhan, mengajak para pelajar untuk terus mengembangkan potensi diri dan menjaga identitas budaya lokal melalui pelestarian bahasa Aceh, saat menghadiri pembukaan ajang tahunan RIAB Fair XII di Kompleks Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB), Gampong Gue Gajah, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Senin (29/9/2025).
Pada kesempatan itu, Farhan AP menyampaikan apresiasi kepada pihak RIAB yang secara konsisten menghadirkan wadah pengembangan bakat dan kompetensi pelajar dari berbagai daerah di Aceh. Ia menilai kegiatan seperti RIAB Fair sangat penting untuk melatih mental, membentuk karakter, serta menumbuhkan semangat kompetitif generasi muda.
“Ajang seperti ini menjadi tempat bagi anak-anak kita untuk belajar tampil percaya diri. Dengan sering mengikuti kegiatan seperti ini, mereka terbiasa berbicara di depan umum dan berkompetisi secara sehat,” ujarnya.
Farhan juga menambahkan bahwa berbagai sekolah dan dayah di Aceh Besar, seperti Al-Manar dan Oemar Diyan, turut menggelar kegiatan serupa. Menurutnya, inisiatif tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap proses pembinaan mental dan kesiapan pelajar untuk menghadapi kompetisi di tingkat yang lebih tinggi.
“Kegiatan-kegiatan seperti RIAB Fair ini memperkuat karakter dan membentuk pribadi yang tangguh. Saya berharap anak-anak Aceh Besar terus berani menunjukkan kemampuan terbaiknya di berbagai ajang,” terangnya.

Kakanwil Kemenag Aceh Drs. H. Azhari, M.Si, memukul beduk tanda dibukannya RIAB FAIR di Kampus MA Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Senin (29/09/2025). FOTO/MC ACEH BESAR
*Bahasa Aceh Perlu Dihidupkan Kembali
Selain berbicara tentang pengembangan potensi pelajar, Yahcek Farhan juga menyoroti pentingnya pelestarian bahasa Aceh di lingkungan pendidikan. Ia menilai kemampuan bahasa Arab dan Inggris para santri RIAB sudah baik, namun kemampuan bahasa Aceh justru mulai menurun di kalangan generasi muda.
“Saya tidak meragukan kemampuan bahasa Inggris maupun bahasa Arab para santri, tapi saya masih ragu dengan kemampuan bahasa Acehnya. Padahal sejak 2017, Pemerintah Aceh Besar sudah mengeluarkan edaran untuk menggunakan bahasa Aceh setiap hari Kamis, dan tahun ini Gubernur Muzakir Manaf juga kembali menegaskannya,” jelasnya.
Menurut Farhan, hasil penelitian nasional menunjukkan bahwa bahasa Aceh berpotensi punah dalam 20 hingga 25 tahun ke depan jika tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, ia mengajak semua pihak, terutama lembaga pendidikan, untuk aktif menanamkan kebanggaan berbahasa Aceh sejak dini.
“Bahasa Aceh adalah bagian dari identitas kita. Kalau kita tidak membiasakannya sekarang, maka dalam dua dekade ke depan generasi kita bisa kehilangan salah satu warisan budaya terbesar,” tegasnya.
*Dukungan Kemenag Aceh
Pandangan tersebut mendapat dukungan dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakan Kemenag) Aceh, Drs H Azhari MSi, yang turut hadir dan membuka kegiatan secara simbolis dengan penabuhan beduk. Ia menilai pelestarian bahasa daerah, yakni bahasa Aceh, harus dimulai dari kebiasaan sehari-hari di lingkungan pendidikan.
“Melestarikan bahasa Aceh tidak cukup dengan imbauan, tapi dengan membiasakan penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari. Ini bagian dari menjaga identitas dan marwah kita sebagai orang Aceh,” ujar Azhari.
*RIAB Fair XII Hadirkan Ribuan Peserta
Sementara itu, Direktur MA Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa Riadhi SPd menyebutkan, RIAB Fair XII tahun ini diikuti 2.754 peserta dari 147 sekolah dan madrasah di seluruh Aceh. Para peserta berkompetisi dalam berbagai cabang lomba seperti cerdas cermat, olimpiade sains dan agama, tilawatil Quran, tahfidz, kaligrafi, pidato tiga bahasa, rapai geleng, futsal, hingga panahan.
“RIAB Fair bukan hanya ajang lomba, tetapi juga sarana pembentukan karakter dan peningkatan kualitas diri peserta didik. Kami ingin melahirkan generasi yang unggul dalam ilmu, berakhlak, dan berdaya saing,” ungkap Riadhi.
Sebagai bentuk apresiasi, panitia juga memberikan “Golden Ticket” bagi para juara, berupa kesempatan melanjutkan pendidikan di RIAB tanpa tes (jalur undangan) dan pembebasan biaya pembangunan hingga 100 persen, tergantung pada prestasi yang diraih.
Dengan berbagai lomba, penghargaan, dan pesan edukatif yang disampaikan, RIAB Fair XII menjadi wadah penting dalam menumbuhkan semangat berprestasi dan mencintai budaya lokal di kalangan pelajar Aceh.
“Kami berkomitmen menjadikan RIAB Fair sebagai wadah bagi generasi muda Aceh untuk menyalurkan potensi, meraih mimpi, dan menjadi insan berprestasi yang membawa nama baik daerah dan bangsa,” tutup Riadhi.(*)
*Sumber : acehbesarkab.go.id


